*“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”*
(HR. Muslim) .
==============
*#KULTUM SUBUH - 1.041#*
Ahad , 29 Januari 2023 .
(07 Rajab 1444 H) .
*"Tidak Bersatunya Ketaatan Dan Kemunkaran Dalam Suatu Ketika ."*
(Mohon maaf jika materi Kultum Subuh ini dirasakan terlalu panjang).
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Allah Swt .
Dzat Maha Agung lagi Maha Sempurna, Pencipta dan Pemelihara alam raya.
Dialah Yang Maha Kuasa Mengatur segala yang ada. Tidak satupun makhluk yang bergerak, maupun peristiwa yang berlaku, melainkan atas idzin dan pengetahuan-Nya.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahcurahkan atas Baginda Nabi akhir zaman, Muhammad Saw.
Putra padang pasir yang mengubah wajah dunia. Membimbing umat manusia dengan wahyu dan akhlak mulia. Keteladanan yang tiada duanya.
“Wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim”, dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung, demikian pujian Sang Pencipta kepada makhluk termulia yang pernah diciptakan-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ,
Dalam kesempatan mulia ini, marilah kita kaum muslimin semua untuk bersama-sama kita taqarrub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah, memelihara iman dan taqwa di tengah cabaran dan godaan tipu daya dunia yang semakin merajalela.
Kita semua berharap semoga Allah Swt memberikan kita kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya, mampu menghadapi segala tantangan, sabar dalam menghadapi ujian, dan mampu pula bersyukur atas segala nikmat karunia yang Dia berikan.
Hendaknya kita menjadi orang- orang yang senantiasa bersegera dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, berlomba - lomba dalam kebaikan dan amal sholih. Karena tiada sedikitpun kita mengetahui akhir hayat kita.
Tiada sedikitpun kita memiliki pengetahuan bilakah kematian itu datangnya, sedangkan kematian itu adalah sesuatu yang haq adanya.
Beberapa ayat dalam surat al-Mukminun, surat yang ke-23 ayat 57-61. Ayat-ayat tersebut berbunyi:
“Sesungguhnya orang orang yang berhati-hati karena takut akan adzab Tuhan mereka, ayat 57,
Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka , ayat 58,
Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka sesuatu apapun, ayat 59,
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka , ayat 60,
Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya , ayat 61.”
Ayat ayat di atas menjelaskan kepada kita semua bagaimana karakteristik orang-orang yang bersegera untuk meraih kebaikan di jalan Allah. Sikap mereka untuk memanfaatkan waktu hidup sebaik-baiknya dalam beribadah kepada Allah, dilandasi keimanan yang teguh dan takut akan beratnya adzab neraka Jahannam. Mereka melakukan segala kebaikan semampu yang mereka kerjakan. Akan tetapi ada terselip rasa khawatir apakah amalan-amalan tersebut diterima oleh Allah Swt.
Mengenai ayat 60 surat al-Mukminun, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Aisyah, bahwasanya Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw:
Ya Rasulallah, “alladziina yu`tuuna maa aatau wa quluubuhum wajilah” apakah itu orang yang mencuri, berzina, dan minum khamar, dan dia takut kepada Allah?
Rasulullah Saw menjawab,:
“Tidak demikian, hai puteri ash-Shiddiq.
Akan tetapi dia adalah orang yang mendirikan sholat, berpuasa, dan bersedekah seraya takut kepada Allah.”
Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Tidak, wahai puteri ash-Shiddiq!
Akan tetapi mereka itu adalah orang - orang yang mengerjakan shalat, berpuasa dan bersedekah, seraya takut amal-amal mereka tidak diterima.”
Dari penjelasan hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Aisyah tersebut kita mendapatkan setidaknya dua pelajaran penting:
> 1. Pertama, bahwa tidaklah mungkin kekufuran dan kedurhakaan bersatu dalam diri seorang hamba, bersanding dengan keimanan dan ketundukan kepada Allah. Selamanya, tidak akan bertemu baik dan buruk dalam satu ketika. Sekalipun kedua sifat tadi adalah potensial adanya di dalam diri manusia akan tetapi tidak mungkin keduanya muncul bersamaan. Ketika seseorang takut kepada Allah, sadar akan pengawasan Allah, maka tidak ada keberanian sedikitpun dalam dirinya untuk berbuat maksiat.
Jika ia berbuat suatu dosa, maka sesungguhnya pada saat itu iman di hatinya tengah memudar. Ia merasa tidak diawasi oleh Allah, bahkan untuk sejenak melupakan-Nya. Jadi, tidak ada kamusnya, bahwa seseorang itu beriman kepada Allah, takut dan tunduk kepada Allah, sedangkan dia berzina, minum khamar dan mencuri atau korupsi.
Oleh karena itu Rasulullah Saw menolak pertanyaan Aisyah Ra dan mengoreksinya.
Jawaban beliau adalah bahwa orang yang takut kepada Allah adalah justru orang yang selalu mengerjakan sholat, berpuasa dan bersedekah. Ibadah-ibadah itu, mendidik jiwanya menjadi lembut dan gentar di hadapan kemahakuasaan Allah, namun tegas dan teguh pendirian dalam menghadapi kemungkaran.
Senada dengan hadits diatas, adalah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Muhammad bin Mutsanna, dari Ishaq bin Yusuf, dari Fudhail bin Ghazwan, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas Ra ‘, bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda:
“Tidaklah seorang hamba yang berzina, dia berzina dalam keadaan beriman; tidaklah pula yang mencuri, dia mencuri dalam keadaan beriman; tidaklah pula yang meminum khamar, dia meminumnya dalam keadaan beriman; dan tidaklah pula dia membunuh dan dia beriman.”
Ikrimah berkata: Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, “Bagaimanakah iman itu terlepas?”
Ibnu ‘Abbas menjawab,:
“Begini iman dilepaskan dari seseorang dia mengaitkan diantara jari-jarinya kemudian mengeluarkannya dari kaitan.
Maka apabila dia bertobat, maka iman itu akan kembali kepadanya seperti ini Ibnu ‘Abbas mengaitkan lagi jari-jemarinya.”
Adalah pemandangan yang tidak lucu dan menipu, jika sekarang kita melihat ada aktivis kemanusiaan yang membela homoseksualitas dan pernikahan beda agama, seraya mengaku dirinya muslim/muslimah.
Mengaku berijtihad dan memperjuangkan Islam, mengaku sebagai muslim yang baik sambil menyuarakan kemungkaran, mempromosikan dan mendukung perbuatan-perbuatan yang dilarang bahkan dilaknat dalam Islam. Itulah mereka, menyembunyikan kebenaran dan mencampurnya dengan kebatilan. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 42,
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.
Uniknya, karakter para perusak agama ini, entah sadar atau tidak, justru mereka menganggap bahwa perbuatan mereka ini adalah baik dan membawa kemaslahatan bagi peradaban umat manusia.
Ingatlah kita kepada firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 11-12 yang berbunyi:
Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.
Hal-hal semacam ini, muncul karena kerancuan dalam mempelajari dan memahami ilmu. Dalam mempelajari agama, tolok ukur yang digunakan adalah relativisme Barat yang senantiasa memandang bahwa kebenaran itu belum final. Tidak ada kebenaran mutlak, atau dengan kata lain, kebenaran itu relatif.
Sehingga segala sesuatu direlatifkan, termasuk kebenaran agama.
Oleh karena itu, mereka senantiasa mencari-cari alasan untuk membenarkan perilaku homoseksual, membenarkan pernikahan beda agama, dan mentolerir penistaan agama dengan dalih kebebasan berpendapat.
Upaya pembenaran itu dilakukan dengan menafsirkan ulang ayat-ayat al-Quran yang menurut mereka tidak relevan lagi dengan kehidupan zaman sekarang. Mereka ingin meniru Barat-Kristen yang telah lebih dulu merubah penafsiran Bibel agar sesuai dengan tuntutan zaman dan kepentingan mereka.
Mereka menutup diri dari kenyataan bahwa Islam berbeda dengan agama lain.
Islam hadir dalam keadaannya yang sudah sempurna. "Rahmatan lil Alamin", untuk menjadikan manusia khilafah di muka bumi dan menuntun manusia kepada penyembahan total kepada Allah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ,
> 2. Lalu, pelajaran yang kedua dari hadits di atas adalah, bahwa dalam ibadah itu di samping harus dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas karena Allah dan mengikuti cara- cara Rasulullah Saw, juga harus disertai dengan perasaan khauf yaitu takut. Al-Khauf disini adalah perasaan takut bahwa amal ibadah yang kita kerjakan tidak diterima oleh Allah Swt, sehingga dengan demikian kita menjadi bersungguh- sungguh untuk melaksanakan ibadah tersebut.
Takut jikalau nanti kita berdiri di hadapan pengadilan Allah, amal-amal kita tiada mencukupi untuk menebus dosa-dosa yang pernah kita lakukan.
Takut seandainya kematian datang menjemput sedangkan diri kita masih bergelimang dengan dosa. Perasaan takut seperti itulah yang mengendalikan seorang hamba sehingga terhindar dari niatan untuk melanggar perintah-perintah Allah dan sehingga memotivasi dirinya untuk berbuat yang terbaik bagi dipersembahkan kepada-Nya.
Takut kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al-Bahrur Ra`iq fiz Zuhdi war Raqa`iq adalah suatu perasaan yang mampu menahan anggota tubuh seorang hamba dari perbuatan maksiat dan mengikatnya dengan ketaatan. Sementara ketakutan yang berlebihan akan menjerumuskan pelakunya kepada keputusasaan. Sedangkan sikap berputus asa dari rahmat Allah adalah perbuatan tercela.
Ia adalah perbuatan kaum kafirin sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 87:
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan orang-orang yang kafir.”
Akhirnya, marilah kita renungkan sabda Rasulullah Saw yang mengajak kita untuk berusaha keras dan tiada mengenal lelah mengejar pahala akhirat seraya menghindari beratnya adzab neraka.
Beliau Saw bersabda:
“Tuntutlah surga semampu kalian dan hindarilah dari neraka semampu kalian.
Karena sesungguhnya, tidak akan tidur orang yang menuntut surga, dan tidak akan tidur orang yang menghindari neraka.
Dan sesungguhnya akhirat kini, ditutupi oleh hal-hal yang dibenci, sedangkan dunia ditutupi dengan kelezatan dan syahwat.
Maka janganlah sampai dunia itu melalaikan kamu dari akhirat.
Ya Allah, Engkau Yang Maha Pemurah. Karuniakanlah kepada kami kehidupan yang baik.
Jangan biarkan berlalu hari-hari kehidupan kami, melainkan Engkau bimbing kami dengan hidayah-Mu. Berikanlah keberkahan dalam segala apa yang Engkau karuniakan kepada kami dan wafatkanlah kami dalam husnul khotimah.
Demikianlah Kultum Subuh ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wa billahit taufik wal hidayah. Wassalamual
aikum warahmatullahi wa barokatuh.
๐ซ๐๐๐ฎ๐ฉ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar